PERTEMUAN I: PEMIMPIN VS
MANAGER
Secara
bahasa berasal dari kata manage (mengelola). Secara Istilah manajer
adalah: orang yang melakukan kegiatan perencanaan pengorganisasian, & pengontrolan sumber daya
untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Pemimpin adalah seseorang
yang memiliki kewibawaan, kecakapan dan kelebihan sehingga disegani dan
mempengaruhi orang lain untuk bersama – sama melakukan aktivitas tertentu dengan
baik demi pencapaian tujuan bersama.
Dalam
hal pemimpin dan manager ada 6 POIN PEMBEDA diantaranya:
Pertama
Ruang Lingkup, Seorang pemimpin selalu dan hanya berhubungan dengan orang –
orang (bawahan), sedangkan Seorang manajer tidak selalu berhubungan dengan
orang. Manajer berhubungan dengan waktu (manajemen waktu), berhubungan dengan
tujuan (manajemen tujuan), dll. Kedua, Sumber Kekuasaan yang Diperoleh, Seorang
manajer dipilih melalui jalur formal (seperti dipilih oleh komisaris atau
direktur) dengan dasar yuridis yang dimiliki. Sedangkan Seorang pemimpin
kekuasaan yang dimiliki berdasarkan kontrak social dengan anggota atau bawahan.
Ketiga, tentang Bawahan, Manajer memiliki bawahan (karyawan) yang memiliki
posisi formal dalam struktur hierarki organisasi. Karyawan melakukan
perintahnya karena takut dikenakan hukuman oleh manajer. Sedangkan Pemimpin
memiliki bawahan yang biasa disebut sebagai pengikut. Pengikut menjalankan
perintah pemimpin atas dasar kewibawaan seorang pemimpin. Keempat, Lingkungan
Kerja. Manajer hanya memimpin lingkungan kerja formal. Dan memiliki tanggung
jawab pada atasannya. Sedangkan Pemimpin dapat memimpin lingkungan kerja
organisasi baik formal maupun informal. Pemimpin memiliki tanggung jawab
terhadap anak buahnya. Kelima, Fungsi Manajer VS Pemimpin. Seorang pemimpin
memiliki fungsi dasar mengarahkan dan menggerakkan seluruh bawahan untuk
bergerak ke arah (tujuan) yang sama, sedangkan Fungsi manajer berfokus pada
kegiatan seputar perencanaan pengorganisasian, penempatan staff, pengarahan,
dan control. Keenam, Cara Kerja Manajer VS Pemimpin. Manajer Membuat perkiraan
dan aturan dengan: (1) Menetapkan sasaran operasional, (2) Membuat rencana
tindakan dengan jadwal, (3) Mengalokasikan sumberdaya, (4) Mengorganisasi dan
menugaskan orang dalam struktur organisasi, (5) Memantau hasil dan
menyelesaikan masalah. Adapun Pemimpin Berusaha membuat perubahan dalam
organisasi dengan: (1) Menyusun visi masa depan dengan strategi, (2) Membangun
tim, (3) Memberikan penugasan, (4) Mengembangkan orang, (5) Memotivasi dan
memberikan inspirasi kepada orang lain untuk mencapai visi.
Ketrampilan dan Peran Manajer. Pertama,Technical Skill(Ketrampilan Tehnik) yaitu Kemampuan untuk
menggunakan peralatan, prosedur, atau tehnik – tenik dari satu bidang tertentu. Kedua, Human Skill
(Ketrampilan Kemanusiaan) yaitu Kemampuan untuk bekerja dengan orang lain, memahami dan
memotivasi serta mendorong orang lain baik sebagai individu atau kelompok.
seperti anggota organisasi, para relasi dan terutama bawahan sendiri. Ketiga, Conceptual Skill
(Ketrampilan Konseptual) yaitu Kemampuan mental para menejer untuk mengkoordinasi dan
mengintegrasikan seluruh kepentingan dan kegiatan organisasi sehingga
organisasi dapat dilihat sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Keterampilan dan peran pemimpin. Pertama, keterampilan presentasi, yaitu Pemimipin harus
kreatif melakukan presentasi kepada pengikutnya meliputi visi misi, goal,
action plan, dan fokus. Kedua, Keterampilan membangun tim yang kuat yaitu
maksudnyaPemimpin yang sesungguhnya adalah seorang pekerja tim, jadi
keterampilan membangun tim adalah keterampilan yang sangat strategis untuk
mensukseskan kepemimpinan yang sedang diperjuangkan. Ketiga, Keterampilan
negoisasi, yaitu Negoisasi adalah bagian dari komunikasi yang terfokus untuk
mencari kesepakatan, jadi peran seorang pemimpin sebagai seorang negoisator
ulung tidak boleh diremehkan. Keempat, Keterampilan bersikap baik, yaitu Seorang pemimpin
tidak seharusnya bersikap diktator dan arogant terhadap pengikutnya. Kelima, Keterampilan
memotivasi,
yaitu Seorang pemimpin harus mampu membangkitkan energi positif dari pengikut
atau bawahannya untuk meraih prestasi yang hebat.
PERTEMUAN
II: TEORI KEPEMIMPINAN MENDASARKAN PADA KARAKTER
Teori
kepemimpinan merupakan suatu penggeneralisasian dari satu perilaku seorang
pemimpin dan konsep-konsep yang dimilikinya dengan menonjolkan latar belakang
sejarah sebab-sebab timbulnya seorang pemimpin. seorang pemimpin harus memiliki
suatu pribadi yang menarik, memiliki berbagai keterampilan yang diperlukan
khususnya dibidang yang diperlukan sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain.
seorang pemimpin sekali waktu perlu terjun bersama bawahannya melakukan
aktifitas, demi pencapaian satu atau beberapa organisasi.
Teori
kepemipinan mendasarkan pada karakter (Traits theory)
Teori
ini mengajarkan bahwa kepemimpinan itu memerlukan serangkaian sifat-sifat,
ciri-ciri atau perangai tertentu yang menjamin keberhasilan pada setiap
situasi. seorang pemimpin akan berhasil apabila ia memiliki sifat-sifat,
ciri-ciri atau perangai tersebut.
Atas
dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin
yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan
pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai
atau ciri-ciri di dalamnya.
Teori
Timbulnya Kepemimpinan
Di
antara berbagai teori yang menjelaskan sebab-sebab timbulnya kepemimpinan
terdapat tiga teori yang menonjol, yaitu :
1. Teori
Keturunan (Heriditary Theory)
2. Teori
Kejiwaan (Psychological Theory)
3. Teori
Lingkungan (Ecological Theory)
PERTEMUAN
III: TEORI KEPEMIMPINAN YANG MENDASARKAN PADA PERILAKU
Dalam
menggerakkan orang lain guna mencapai tujuan, pemimpin biasanya menampakkan
perilaku kepemimpinannya dengan bermacam-macam. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Usman, para peneliti telah mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan yang
berpijak dari perilaku kepemimpinan ini yakni: pertama, berorientasi pada tugas
(task oriented), kedua, berorientasi pada bawahan atau karyawan (employee
oriented)
Berorientasi
pada tugas (task oriented), yaitu Gaya yang berorientasi pada tugas
lebih memperhatikan pada penyelesaian tugas dengan pengawasan yang sangat ketat
agar tugas selesai sesuai dengan keinginannya. Hubungan baik dengan bawahannya
diabaikan yang penting bawahan harus bekerja keras, produktif dan tepat waktu.
berorientasi
pada bawahan atau karyawan (employee oriented), yaitu cenderung lebih
mementingkan hubungan baik dengan bawahannya dan lebih memotivasi karyawannya
daripada mengawasi dengan ketat. Gaya ini sangat sensitif dengan perasaan
bawahannya.
Gaya
kepemimpinan lagi dapat di perinci lagi menjadi berikut:
- High-high berarti pemimpin tersebut memiliki hubungan tinggi dan orientasi tugas yang tinggi juga.
- High task-low relation, pemimpin tersebut memiliki orientasi tugas yang tinggi, tetapi rendah hubungan terhadap bawahan.
- Low task-high relation, pemimpin tersebut lebih mementingkan hubungan dengan bawahan, dengan sedikit mengabaikan tugas. Teori ini disebut dengan Konsiderasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan
- Low task-low relation, orientasi tugas lemah, hubungan dengan bawahan juga lemah.
Dari
hasil penelitian terdapat beberapa teori kepemimpinan berdasarkan perilaku yang
terkenal di kalangan para peneliti. Teori tersebut antara lain studi lowa,
studi ohio, studi Michigan, Rensis Likert, dan Reddin
Studi
Lowa:
Studi ini meneliti kesukaan terhadap 3 macam gaya kepemimpinan, yaitu gaya
otoriter, gaya demokratis dan gaya laizes faire. Hasil penelitian
mengatakan bahwa kebanyakan suka gaya kepemimpinan demokratis.
Studi Ohio: Peneliti merumuskan bahwa
kepemimpinan itu sebagai suatu perilaku seseorang yang mengarah pada pencapaian
tujuan tertentu, yang terdiri dari dua dimensi, yaitu struktur pembuatan
inisiatif dan perhatian. Struktur pembuatan inisiatif menunjukkan pada
pencapaian tugas. Penelitian ini menemukan empat gaya kepemimpinan sebagai
berikut: (a) Perhatian rendah pembuatan inisiatif rendah, (b) Perhatian tinggi
pembuatan inisiatif rendah, (c) Perhatian tinggi pembuatan inisiatif tinggi,
(d) Perhatian rendah pembuatan inisiatif tinggi
Studi
Michigan:
Penelitian ini mengidentifikasi dua konsep gaya kepemimpinan, yaitu
berorientasi pada bawahan dan berorientasi pada produksi. Pemimpin yang berorientasi
pada bawahan menekankan pentingnya hubungan dengan pekerja dan menganggap
setiap pekerja penting. Pemimpin yang berorientasi pada produksi menekankan
pentingnya produksi dan aspek teknik-teknik kerja
Manajemen Likert: pemimpin itu dapat berhasil jika
bergaya participatif management. Gaya ini menekankan bahwa keberhasilan
pemimpin adalah jika berorientasi pada bawahan dan komunikasi. Likert merancang
empat sistem kepemimpinan dalam manajemen sebagai berikut: (a) Exploitative,
(b) Authoritative (Otoriter yang Memeras), (c) Benevolent Authoritative (Otoriter
yang baik), (d) Cosultative (Konsultatif), (e) Participatif (Partisipatif)
Gaya
Kepemimpinan Menurut Reddin, yaitu Reddin mengemukakan tiga pola dasar
kepemimpinan yaitu: berorientasi pada tugas (taks oriented),
berorientasi pada hubungan kerjasama (relationship oriented), dan
berorientasi pada pada hasil (effectiveness oriented).
PERTEMUAN
IV: MODEL KONTINGENSI FIEDLER
Model kepepimpinan Fiedler
merupakan kakek dari semua model kontingensi lainnya. Fiedler berpendapat bahwa
pemimpin akan berhasil menjalankan kepemimpinannya jika menerapkan gaya
kepemimpinan yang berbeda di suatu situasi yang berbeda pula. Artinya, gaya
kepemimpinan yang digunakan tergantung situasi.
Teori kontingensi menganggap bahwa kepemimpinan adalah suatu proses di mana
kemampuan seorang pemimpin untuk melakukan pengaruhnya tergantung dengan
situasi tugas kelompok (group task situation) dan tingkat-tingkat daripada gaya
kepemimpinannya, kepribadiannya dan pendekatannya yang sesuai dengan
kelompoknya. Dengan
perkataan lain, menurut Fiedler, seorang menjadi pemimpin bukan karena
sifat-sifat daripada kepribadiannya, tetapi karena berbagai faktor situasi dan
adanya interaksi antara Pemimpin dan situasinya. Dengan perkataan lain, tinggi
rendahnya prestasi kerja satu kelompok dipengaruhi oleh sistem motivasi dari
pemimpin dan sejauh mana pemimpin dapat mengendalikan dan mempengaruhi suatu
situasi tertentu.
Tiga sifat situasi yang dapat mempengaruhi keefektifan pemimpin
- Hubungan pimpinan-bawahan yang menguntungkan situasi
- Derajat susunan tugas yang menguntungkan situasi
- Kekuasaan formal yang menguntungkan situasi.
Keuntungan ditentukan dengan memberikan bobot dan mengkombinasikan ketiga
aspek situasi tersebut. Prosedur pemberian bobot tersebut mengasumsikan bahwa
hubungan pemimpin-anggota lebih penting daripada struktur tugas,yang pada
akhirnya adalah lebih penting daripada kekuasaan posisi.
PERTEMUAN
V: TEORI KEPEMIMPINAN HARSEY BLANCHARD
kepemimpinan
situasional adalah “a leadership contingency theory that focuses on
followers readiness/maturity”. Kepemimpinan situational adalah bahwa gaya
kepemimpinan seorang pemimpin akan berbeda-beda, tergantung dari tingkat
kesiapan para pengikutnya. Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional
adalah tentang tidak adanya gaya kepemimpinan yang terbaik. Kepemimpinan yang
efektif adalah bergantung pada relevansi tugas, dan hampir semua pemimpin yang
sukses selalu mengadaptasi gaya kepemimpinan yang tepat. Pada pendekatan ini
didasarkan atas asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan suatu organisasi tidak
hanya dipengaruhi oleh perilaku dan sifat-sifat pemimpin saja, karena tiap-tiap
organisasi itu memiliki ciri-ciri khusus dan unik. Bahkan organisasi yang
sejenispun akan menghadapi masalah yang berbeda karena adanya lingkungan yang
berbeda, semangat dan watak bawahan yang berbeda.
Teori yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard
Teori kepemimpinan situasional (Situasional leadership
theory ), yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard menguraikan bagaimana
pemimpin harus menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka sebagai respon pada
keinginan untuk berhasil dalam pekerjaannya, pengalaman kemampuan dan kemauan
dari bawahan mereka yang terus berubah.
4 gaya kepemimpinan: 1. direktif : pemimpin banyak memberikan pengarahan dan sedikit
membearikan dukungan, 2. melatih : pemimpin banyak mengarahkan dan juga banyak mendukung, 3. suportif :
pemimpin banyak mendukung tapi kurang banyak memberika pengarahan, 4.
mendelegasikan :pemipin kurang memberikan dukungan dan kurang memberikan
pengarahan.
Ada
dua tipe kesiapan yang dipandang penting : pekerjaan dan psikologis. Seorang
yang memiliki kesiapan kerja tinggi memiliki pengetahuan dan kemampuan
melakukan tugas mereka tanpa perlu arahan dari manajer.Seorang yang tingkat kesiapan
psikologis yang tinggi memiliki tingkat motivasi diri dan keinginan untuk
melakukan kerja berkualitas tinggi. Orang ini juga tidak membutuhkan supervise.
Faktor-faktor dalam situasi yang mempengaruhi gaya
kepemimpinan difokuskan pada: (1) tuntutan tugas, (2) harapan dan tingkah laku
rekan setingkat, (3) karakteristik, harapan dan tingkah laku karyawan, dan (4) budaya organisasi dan kebijakannya.
Efektivitas
kepemimpinan bukan hanya soal pengaruh terhadap individu dan kelompok tapi bergantung
pula terhadap tugas, pekerjaan atau fungsi yang dibutuhkan secara keseluruhan. Jadi
pendekatan kepemimpinan situasional fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam
suatu situasi yang unik. Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif
ia harus mampu menyesuaikan gayanya terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah.
Teori kepemimpinan situasional bertumpu pada dua konsep fundamental yaitu:
tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai pengikut dan gaya
kepemimpinan.
PERTEMUAN VI: TEORI PARTISIPASI (MODEL
VROOM DAN YETTON)
Teori
kepemimipnan partisipatif adalah
gabungan antara gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis dengan cara
mengajukan masalah dan mengususlkan tindakan pemecahannnya kemudian mengundang
kritikan dan saran dari bawahan. Model teori partisipatif di gunakan apabila
tingkata kematangan anak buah berada pada taraf kematangn moderat sampai
tingkat yang tinggi. Jenis partisispasi berdasarkan cara pengambilan
keputusan: (1) Keputusan autokratis, (2) Konsultasi, (3) Keputusan bersama,
(4) Delegasi. Tujuan partisipasi : 1) Konsultasi internal, 2) Tujuan
konsultasi ke arah atas, 3) Konsultasi dengan orang luar, 4) Konsultasi kerah
bawah. Empat manfaat potensial : 1) Kualitas keputusan yang lebih baik,
2) Penerimaan keputusan yang lebih baik, 3) Kepuasan lebih tinggi denga proses
pengambilan keputusan yang ada, 4) Pengembangan keahlian pengambilan. Karakteristik kepemimpinan partisipatif : 1) Bekerja
aktif dengan bawahan baik individu maupun kelompok, 2) Mengikutsertakan bawahan
secara tepat dalam pengambilan keputusan, 3) Mementingkan menjalankan tugas, 4)
Menerima masukan dan nasehat, 5) Memberikan motivasi secara menyeluruh.
sangat berguna sekali infonya
BalasHapusdaihatsu sigra png