Kamis, 04 September 2014

Kepemimpinan Dalam Pendidikan

Kepemimpina Dalam Pendidikan



PERTEMUAN I: PEMIMPIN VS MANAGER

Secara bahasa berasal dari kata manage (mengelola). Secara Istilah manajer adalah: orang yang melakukan kegiatan perencanaan pengorganisasian, & pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kewibawaan, kecakapan dan kelebihan sehingga disegani dan mempengaruhi orang lain untuk bersama – sama melakukan aktivitas tertentu dengan baik demi pencapaian tujuan bersama.
Dalam hal pemimpin dan manager ada 6 POIN PEMBEDA diantaranya:
Pertama Ruang Lingkup, Seorang pemimpin selalu dan hanya berhubungan dengan orang – orang (bawahan), sedangkan Seorang manajer tidak selalu berhubungan dengan orang. Manajer berhubungan dengan waktu (manajemen waktu), berhubungan dengan tujuan (manajemen tujuan), dll. Kedua, Sumber Kekuasaan yang Diperoleh, Seorang manajer dipilih melalui jalur formal (seperti dipilih oleh komisaris atau direktur) dengan dasar yuridis yang dimiliki. Sedangkan Seorang pemimpin kekuasaan yang dimiliki berdasarkan kontrak social dengan anggota atau bawahan. Ketiga, tentang Bawahan, Manajer memiliki bawahan (karyawan) yang memiliki posisi formal dalam struktur hierarki organisasi. Karyawan melakukan perintahnya karena takut dikenakan hukuman oleh manajer. Sedangkan Pemimpin memiliki bawahan yang biasa disebut sebagai pengikut. Pengikut menjalankan perintah pemimpin atas dasar kewibawaan seorang pemimpin. Keempat, Lingkungan Kerja. Manajer hanya memimpin lingkungan kerja formal. Dan memiliki tanggung jawab pada atasannya. Sedangkan Pemimpin dapat memimpin lingkungan kerja organisasi baik formal maupun informal. Pemimpin memiliki tanggung jawab terhadap anak buahnya. Kelima, Fungsi Manajer VS Pemimpin. Seorang pemimpin memiliki fungsi dasar mengarahkan dan menggerakkan seluruh bawahan untuk bergerak ke arah (tujuan) yang sama, sedangkan Fungsi manajer berfokus pada kegiatan seputar perencanaan pengorganisasian, penempatan staff, pengarahan, dan control. Keenam, Cara Kerja Manajer VS Pemimpin. Manajer Membuat perkiraan dan aturan dengan: (1) Menetapkan sasaran operasional, (2) Membuat rencana tindakan dengan jadwal, (3) Mengalokasikan sumberdaya, (4) Mengorganisasi dan menugaskan orang dalam struktur organisasi, (5) Memantau hasil dan menyelesaikan masalah. Adapun Pemimpin Berusaha membuat perubahan dalam organisasi dengan: (1) Menyusun visi masa depan dengan strategi, (2) Membangun tim, (3) Memberikan penugasan, (4) Mengembangkan orang, (5) Memotivasi dan memberikan inspirasi kepada orang lain untuk mencapai visi.
Ketrampilan dan Peran Manajer. Pertama,Technical Skill(Ketrampilan Tehnik) yaitu Kemampuan untuk menggunakan peralatan, prosedur, atau tehnik – tenik dari satu bidang tertentu. Kedua, Human Skill (Ketrampilan Kemanusiaan) yaitu Kemampuan untuk bekerja dengan orang lain, memahami dan memotivasi serta mendorong orang lain baik sebagai individu atau kelompok. seperti anggota organisasi, para relasi dan terutama bawahan sendiri. Ketiga, Conceptual Skill (Ketrampilan Konseptual) yaitu Kemampuan mental para menejer untuk mengkoordinasi dan mengintegrasikan seluruh kepentingan dan kegiatan organisasi sehingga organisasi dapat dilihat sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Keterampilan dan peran pemimpin. Pertama, keterampilan presentasi, yaitu Pemimipin harus kreatif melakukan presentasi kepada pengikutnya meliputi visi misi, goal, action plan, dan fokus. Kedua, Keterampilan membangun tim yang kuat yaitu maksudnyaPemimpin yang sesungguhnya adalah seorang pekerja tim, jadi keterampilan membangun tim adalah keterampilan yang sangat strategis untuk mensukseskan kepemimpinan yang sedang diperjuangkan. Ketiga, Keterampilan negoisasi, yaitu Negoisasi adalah bagian dari komunikasi yang terfokus untuk mencari kesepakatan, jadi peran seorang pemimpin sebagai seorang negoisator ulung tidak boleh diremehkan. Keempat, Keterampilan bersikap baik, yaitu Seorang pemimpin tidak seharusnya bersikap diktator dan arogant terhadap pengikutnya. Kelima, Keterampilan memotivasi, yaitu Seorang pemimpin harus mampu membangkitkan energi positif dari pengikut atau bawahannya untuk meraih prestasi yang hebat.

PERTEMUAN II: TEORI KEPEMIMPINAN MENDASARKAN PADA KARAKTER

Teori kepemimpinan merupakan suatu penggeneralisasian dari satu perilaku seorang pemimpin dan konsep-konsep yang dimilikinya dengan menonjolkan latar belakang sejarah sebab-sebab timbulnya seorang pemimpin. seorang pemimpin harus memiliki suatu pribadi yang menarik, memiliki berbagai keterampilan yang diperlukan khususnya dibidang yang diperlukan sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain. seorang pemimpin sekali waktu perlu terjun bersama bawahannya melakukan aktifitas, demi pencapaian satu atau beberapa organisasi.
Teori kepemipinan mendasarkan pada karakter (Traits theory)
Teori ini mengajarkan bahwa kepemimpinan itu memerlukan serangkaian sifat-sifat, ciri-ciri atau perangai tertentu yang menjamin keberhasilan pada setiap situasi. seorang pemimpin akan berhasil apabila ia memiliki sifat-sifat, ciri-ciri atau perangai tersebut.
Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
Teori Timbulnya Kepemimpinan
Di antara berbagai teori yang menjelaskan sebab-sebab timbulnya kepemimpinan terdapat tiga teori yang menonjol, yaitu :
1.      Teori Keturunan (Heriditary Theory)
2.      Teori Kejiwaan (Psychological Theory)
3.      Teori Lingkungan (Ecological Theory)

PERTEMUAN III: TEORI KEPEMIMPINAN YANG MENDASARKAN PADA PERILAKU

Dalam menggerakkan orang lain guna mencapai tujuan, pemimpin biasanya menampakkan perilaku kepemimpinannya dengan bermacam-macam. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Usman, para peneliti telah mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan yang berpijak dari perilaku kepemimpinan ini yakni: pertama, berorientasi pada tugas (task oriented), kedua, berorientasi pada bawahan atau karyawan (employee oriented)
Berorientasi pada tugas (task oriented), yaitu Gaya yang berorientasi pada tugas lebih memperhatikan pada penyelesaian tugas dengan pengawasan yang sangat ketat agar tugas selesai sesuai dengan keinginannya. Hubungan baik dengan bawahannya diabaikan yang penting bawahan harus bekerja keras, produktif dan tepat waktu.
berorientasi pada bawahan atau karyawan (employee oriented), yaitu cenderung lebih mementingkan hubungan baik dengan bawahannya dan lebih memotivasi karyawannya daripada mengawasi dengan ketat. Gaya ini sangat sensitif dengan perasaan bawahannya.
Gaya kepemimpinan lagi dapat di perinci lagi menjadi berikut:
  1. High-high berarti pemimpin tersebut memiliki hubungan tinggi dan orientasi tugas yang tinggi juga.
  2. High task-low relation, pemimpin tersebut memiliki orientasi tugas yang tinggi, tetapi rendah hubungan terhadap bawahan.
  3. Low task-high relation, pemimpin tersebut lebih mementingkan hubungan dengan bawahan, dengan sedikit mengabaikan tugas. Teori ini disebut dengan Konsiderasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan
  4. Low task-low relation, orientasi tugas lemah, hubungan dengan bawahan juga lemah.
Dari hasil penelitian terdapat beberapa teori kepemimpinan berdasarkan perilaku yang terkenal di kalangan para peneliti. Teori tersebut antara lain studi lowa, studi ohio, studi Michigan, Rensis Likert, dan Reddin
Studi Lowa: Studi ini meneliti kesukaan terhadap 3 macam gaya kepemimpinan, yaitu gaya otoriter, gaya demokratis dan gaya laizes faire. Hasil penelitian mengatakan bahwa kebanyakan suka gaya kepemimpinan demokratis.
Studi Ohio: Peneliti merumuskan bahwa kepemimpinan itu sebagai suatu perilaku seseorang yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu, yang terdiri dari dua dimensi, yaitu struktur pembuatan inisiatif dan perhatian. Struktur pembuatan inisiatif menunjukkan pada pencapaian tugas. Penelitian ini menemukan empat gaya kepemimpinan sebagai berikut: (a) Perhatian rendah pembuatan inisiatif rendah, (b) Perhatian tinggi pembuatan inisiatif rendah, (c) Perhatian tinggi pembuatan inisiatif tinggi, (d) Perhatian rendah pembuatan inisiatif tinggi
Studi Michigan: Penelitian ini mengidentifikasi dua konsep gaya kepemimpinan, yaitu berorientasi pada bawahan dan berorientasi pada produksi. Pemimpin yang berorientasi pada bawahan menekankan pentingnya hubungan dengan pekerja dan menganggap setiap pekerja penting. Pemimpin yang berorientasi pada produksi menekankan pentingnya produksi dan aspek teknik-teknik kerja
Manajemen Likert: pemimpin itu dapat berhasil jika bergaya participatif management. Gaya ini menekankan bahwa keberhasilan pemimpin adalah jika berorientasi pada bawahan dan komunikasi. Likert merancang empat sistem kepemimpinan dalam manajemen sebagai berikut: (a) Exploitative, (b) Authoritative (Otoriter yang Memeras), (c) Benevolent Authoritative (Otoriter yang baik), (d) Cosultative (Konsultatif), (e) Participatif (Partisipatif)
Gaya Kepemimpinan Menurut Reddin, yaitu Reddin mengemukakan tiga pola dasar kepemimpinan yaitu: berorientasi pada tugas (taks oriented), berorientasi pada hubungan kerjasama (relationship oriented), dan berorientasi pada pada hasil (effectiveness oriented).

PERTEMUAN IV: MODEL KONTINGENSI FIEDLER

            Model kepepimpinan Fiedler merupakan kakek dari semua model kontingensi lainnya. Fiedler berpendapat bahwa pemimpin akan berhasil menjalankan kepemimpinannya jika menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda di suatu situasi yang berbeda pula. Artinya, gaya kepemimpinan yang digunakan tergantung situasi.
Teori kontingensi menganggap bahwa kepemimpinan adalah suatu proses di mana kemampuan seorang pemimpin untuk melakukan pengaruhnya tergantung dengan situasi tugas kelompok (group task situation) dan tingkat-tingkat daripada gaya kepemimpinannya, kepribadiannya dan pendekatannya yang sesuai dengan kelompoknya. Dengan perkataan lain, menurut Fiedler, seorang menjadi pemimpin bukan karena sifat-sifat daripada kepribadiannya, tetapi karena berbagai faktor situasi dan adanya interaksi antara Pemimpin dan situasinya. Dengan perkataan lain, tinggi rendahnya prestasi kerja satu kelompok dipengaruhi oleh sistem motivasi dari pemimpin dan sejauh mana pemimpin dapat mengendalikan dan mempengaruhi suatu situasi tertentu.
Tiga sifat situasi yang dapat mempengaruhi keefektifan pemimpin
  1. Hubungan pimpinan-bawahan yang menguntungkan situasi
  2. Derajat susunan tugas yang menguntungkan situasi
  3. Kekuasaan formal yang menguntungkan situasi.
Keuntungan ditentukan dengan memberikan bobot dan mengkombinasikan ketiga aspek situasi tersebut. Prosedur pemberian bobot tersebut mengasumsikan bahwa hubungan pemimpin-anggota lebih penting daripada struktur tugas,yang pada akhirnya adalah lebih penting daripada kekuasaan posisi.

PERTEMUAN V: TEORI KEPEMIMPINAN HARSEY BLANCHARD

kepemimpinan situasional adalah “a leadership contingency theory that focuses on followers readiness/maturity”. Kepemimpinan situational adalah bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan berbeda-beda, tergantung dari tingkat kesiapan para pengikutnya. Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional adalah tentang tidak adanya gaya kepemimpinan yang terbaik. Kepemimpinan yang efektif adalah bergantung pada relevansi tugas, dan hampir semua pemimpin yang sukses selalu mengadaptasi gaya kepemimpinan yang tepat. Pada pendekatan ini didasarkan atas asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan suatu organisasi tidak hanya dipengaruhi oleh perilaku dan sifat-sifat pemimpin saja, karena tiap-tiap organisasi itu memiliki ciri-ciri khusus dan unik. Bahkan organisasi yang sejenispun akan menghadapi masalah yang berbeda karena adanya lingkungan yang berbeda, semangat dan watak bawahan yang berbeda.
Teori yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard
Teori kepemimpinan situasional (Situasional leadership theory ), yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard menguraikan bagaimana pemimpin harus menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka sebagai respon pada keinginan untuk berhasil dalam pekerjaannya, pengalaman kemampuan dan kemauan dari bawahan mereka yang terus berubah.
4 gaya kepemimpinan: 1. direktif : pemimpin banyak memberikan pengarahan dan sedikit membearikan dukungan, 2. melatih : pemimpin banyak mengarahkan dan juga banyak mendukung, 3. suportif : pemimpin banyak mendukung tapi kurang banyak memberika pengarahan, 4. mendelegasikan :pemipin kurang memberikan dukungan dan kurang memberikan pengarahan.
Ada dua tipe kesiapan yang dipandang penting : pekerjaan dan psikologis. Seorang yang memiliki kesiapan kerja tinggi memiliki pengetahuan dan kemampuan melakukan tugas mereka tanpa perlu arahan dari manajer.Seorang yang tingkat kesiapan psikologis yang tinggi memiliki tingkat motivasi diri dan keinginan untuk melakukan kerja berkualitas tinggi. Orang ini juga tidak membutuhkan supervise.
Faktor-faktor dalam situasi yang mempengaruhi gaya kepemimpinan difokuskan pada: (1) tuntutan tugas, (2) harapan dan tingkah laku rekan setingkat, (3) karakteristik, harapan dan tingkah laku karyawan, dan  (4) budaya organisasi dan kebijakannya.
Efektivitas kepemimpinan bukan hanya soal pengaruh terhadap individu dan kelompok tapi bergantung pula terhadap tugas, pekerjaan atau fungsi yang dibutuhkan secara keseluruhan. Jadi pendekatan kepemimpinan situasional fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik. Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif ia harus mampu menyesuaikan gayanya terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah. Teori kepemimpinan situasional bertumpu pada dua konsep fundamental yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai pengikut dan gaya kepemimpinan.

PERTEMUAN VI: TEORI PARTISIPASI (MODEL VROOM DAN YETTON)

Teori  kepemimipnan  partisipatif adalah gabungan antara gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis dengan cara mengajukan masalah dan mengususlkan tindakan pemecahannnya kemudian mengundang kritikan dan saran dari bawahan. Model teori partisipatif di gunakan apabila tingkata kematangan anak buah berada pada taraf kematangn moderat sampai tingkat yang tinggi. Jenis partisispasi berdasarkan cara pengambilan keputusan: (1) Keputusan autokratis, (2) Konsultasi, (3) Keputusan bersama, (4) Delegasi. Tujuan partisipasi : 1) Konsultasi internal, 2) Tujuan konsultasi ke arah atas, 3) Konsultasi dengan orang luar, 4) Konsultasi kerah bawah. Empat manfaat potensial : 1) Kualitas keputusan yang lebih baik, 2) Penerimaan keputusan yang lebih baik, 3) Kepuasan lebih tinggi denga proses pengambilan keputusan yang ada, 4) Pengembangan keahlian pengambilan. Karakteristik  kepemimpinan partisipatif : 1) Bekerja aktif dengan bawahan baik individu maupun kelompok, 2) Mengikutsertakan bawahan secara tepat dalam pengambilan keputusan, 3) Mementingkan menjalankan tugas, 4) Menerima masukan dan nasehat, 5) Memberikan motivasi secara menyeluruh.

1 komentar: