BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pelaksanaan
pembelajaran di kelas sering dirasakan membosankan bagi siswa karena guru hanya
memberikan pelajaran dengan menggunakan satu cara dan tidak heran apabila
sering didapati siswa sedang mengantuk dan kadang berbicara sendiri dengan
teman yang lain sedangkan guru sedang menerangkan, untuk itu diperlukan
strategi pembelajaran agar proses kegiatan belajar mengajar dapat berhasil.
Kompetensi Supervisi Akademik merupakan salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh para guru satuan pendidikan. Kompetensi ini berkenaan dengan
kemampuan guru dalam rangka pembinaan dan pengembangan kemampuan guru untuk
meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di sekolah. Strategi merupakan
usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam
dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a
particular educational goal (David, 1978). Strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran
merupakan rencana tindakan atau rangkaian kegiatan termasuk penggunaan metode
dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang
disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Pada
mulanya istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang diartikan
sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu
peperangan, namun sekarang istilah strategi sudah banyak digunakan dalam
berbagai bidang kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh kesuksesan atau
keberhasilan dalam mencapai tujuan, misalnya seorang pimpinan perusahaan yang
menginginkan keuntungan dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi
dalam mencapai tujuannya tersebut, seorang pelatih sepak bola juga akan
menentukan strategi yang dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu
pertandingan. Begitu juga dengan guru yang mengharapkan hasil yang terbaik
dalam proses pembelajaran dengan menerapkan strategi agar hasil belajar
siswanya bagus. Strategi pembelajaran dapat juga diartikan sebagai usaha guru
dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran seperti: tujuan, bahan, metode,
alat, dan evaluasi agar dapat mempengaruhi siswa untuk mencapai tujuan yakni
pembelajaran yang efektif dan efisien. Terdapat berbagai macam strategi
pembelajaran yang dapat digunakan, salah satunya adalah dengan metode diskusi.
Berangkat dari sinilah penulis akan membahas makalah dengan judul Penerapan Metode Diskusi Dalam Mata
Pelajaran Sejarah di Sekolah.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian tentang metode
diskusi?
2. Bagaimana kelemahan-kelemahan metode
diskusi ketika digunakan dalam pembelajaran di kelas?
3. Bagaimana kekuatan dari metode diskusi
secara umum?
4. Bagaimana kelemahan dan kekuatan metode
diskusi dalam mata pelajaran sejarah?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui pengertian tentang metode
diskusi.
2. Mengetahui kelemahan-kelemahan metode
diskusi ketika digunakan dalam pembelajaran di kelas.
3. Mengetahui kekuatan dari metode diskusi
secara umum.
4. Mengetahui kelemahan dan kekuatan metode
diskusi dalam mata pelajaran sejarah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
metode diskusi
Metode sebagai salah satu komponen yang
ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar dan menjadi
penting bagi guru untuk memilih metode yang lebih efektif untuk digunakan. Pada dasarnya semua metode yang
digunakan dalam mengajar adalah baik, namun dalam pelaksanaannya sangat
bergantung pada guru. Metode guru dapat menjadi baik akan menjadi jelek apabila
guru tidak menguasai tehnik pelaksanaan dari metode yang digunakan. Diskusi
adalah aktifitas dari sekelompok siswa yang berbicara saling bertukar informasi
maupun pendapat tentang sebuah topik atau masalah, di mana setiap anak ingin
mencari jawaban atau penyelesaian masalah dari segala segi dan kemungkinan yang
ada (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: 1994). Diskusi adalah percakapan
ilmiah yang berisikan pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide, serta pengujian
pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam suatu kelompok
untuk mencari kebenaran.
Metode diskusi merupakan metode yang
dapat membuat siswa aktif karena siswa memperoleh kesempatan berbicara atau
berdialog untuk bertukar pikiran dan informasi tentang suatu topik atau masalah
dan mencari fakta atau pembuktian yang dapat digunakan bagi pemecahan masalah. Metode
diskusi adalah metode mengajar yang erat hubungannya dengan memecahkan masalah
atau problem solving (Muhibbin
Syah,2000). Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa
pada suatu permasalahan dengan tujuan untuk memecahkan suatu permasalahan,
menjawab pertanyaan, menambah dan
memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Metode diskusi
adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa
pernyataan atau pertanyaan yang bersifat probematis untuk dibahas dan
dipecahkan bersama (Djamarah dan Aswan: 2006). Metode diskusi adalah suatu cara
penyampaian materi pelajaran melalui sarana pertukaran pikiran untuk memecahkan
persoalan yang dihadapi (Semiwan,1990: 76), sedangkan menurut Suryosubroto
(1997: 179) mengatakan metode diskusi adalah adalah suatu cara penyajian bahan
pengajaran dengan guru memberikan kesempatan kepada siswa atau
kelompok-kelompok untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun ke berbagai alternatif pemecahan
suatu masalah.
Banyak masalah yang terjadi di
lingkungan murid yang memerlukan pembahasan lebih dari seorang saja, yakni
terutama masalah-masalah yang memerlukan kerjasama dan musyawarah, dengan demikian diskusi atau
musyawarah merupakan jalan pemecahan yang memberi kemungkinan mendapatkan
penyelesaian yang terbaik. Metode diskusi dalam proses mengajar dan belajar
berarti metode mengemukakan pendapat dalam musyawarah untuk mufakat sehingga
inti dari pengertian diskusi adalah meeting
of minds. Dalam pemecahan masalah diperlukan bermacam-macam jawaban yang
mana dari jawaban-jawaban tersebut dipilih yang paling logis, tepat, dan
memiliki argumentasi yang kuat. Dalam diskusi untuk memperoleh pertemuan
pendapat diperlukan pembahasan yang didukung oleh argumentasi yang mana argumentasi
kontra dengan argumentasi. Cara ini menimbulkan perhatian dan perubahan pada
tingkah laku anak dalam belajar. Metode diskusi dimaksudkan juga untuk
merangsang siswa dalam belajar dan berfikir secara kritis dan mengeluarkan
pendapatnya secara rasional dan objektif dalam pemecahan suatu masalah.
Prinsip dari metode diskusi adalah
melibatkan siswa secara aktif, diperlukan ketertiban dan keteraturan dalam
mengemukakan pendapat secara bergilir dengan dipimpin oleh seorang ketua atau
moderator, masalah yang didiskusikan sesuai dengan perkembangan dan kemampuan
berfikir siswa, guru mendorong siswa yang kurang aktif untuk melakukan atau
mengeluarkan pendapatnya, siswa dibiasakan untuk menghargai pendapat orang lain
dalam menyetujui atau menentang pendapat. Metode diskusi sangat sesuai digunakan
apabila materi yang disajikan bersifat rendah kesempatannya, untuk
mengembangkan sifat-sifat atau tujuan pengajaran yang bersifat efektif, dan
untuk tujuan-tujuan yang bersifat analisis sistematis dan tingkat pemahaman
yang tinggi.
Tugas guru dalam diskusi adalah dapat
bertindak sebagai pimpinan diskusi, mengusahakan jalannya diskusi agar tidak
terjaadi dialog atau hanya sekedar tanya jawab antara guru dan siswa atau
antara dua orang siswa saja, guru sebagai moderator yang dapat mengamankan,
menolak, atau menyampaikan pendapat dan usul-usul kepada peserta diskusi. Langkah-langkah
yang perlu diperhatikan dalam diskusi adalah pemilihan topik yang akan
didiskusikan, dibentuk kelompok-kelompok diskusi, dan para siswa melakukan
diskusi dalam kelompok masing-masing.
Terdapat beberapa jenis metode diskusi
yang dapat dilakukan oleh guru untuk membimbing siswa dalam belajar, antara
lain: yang pertama diskusi kelas, yakni guru mengajukan persoalan di kelas dan
siswa menanggapi. Guru berfungsi sebagai pengatur, pendorong, dan pengarah
pembicaraan. Diskusi semacam ini disebut juga diskusi formal. Pembicaraan dalam
diskusi ini diatur oleh ketua diskusi dan yang hendak berbicara kadang-kadang
harus mencatatkan diri baru kemudian dipersilahkan untuk berbicara. Semua
pembicaraan dicatat dan pada akhir diskusi diajukan beberapa kesimpulan. Kedua
adalah diskusi kuliah, yakni di mana seorang pembicara atau guru atau
perwakilan siswa berbicara di muka kelas untuk mengemukakan persoalannya sekitar
20 menit atau 30 menit. Setelah itu diadakan pertanyaan-pertanyaan. Diskusi
terbatas pada satu persoalan yang dikemukakan pembicara sehingga melalui
diskusi semacam ini persoalan diharapkan dibicarakan dan dipelajari secara
mendalam. Ketiga adalah Symposium, di mana symposium ini hampir sama dengan
diskusi kuliah, tetapi pada symposium terdapat beberapa orang yang berbicara
atau pengarah persoalan. Suatu masalah ditinjau dari berbagai segi, karena itu
para pembicara diharapkan berbeda pandangan terhadap suatu persoalan. Dalam
symposium permasalahan dibahas secara meluas. Keempat adalah diskusi panel,
yakni terdapat beberapa orang yang membahas suatu persoalan. Biasanya 4 – 5
orang pembicara. Diskusi hanya dilakukan oleh mereka yang ditunjuk saja, sedangkan
yang lain melihat dan mendengarkan dari belakang. Kemudian untuk mengetahui
apakah siswa lainnya yang tidak ikut berbicara mengikuti atau tidak, maka ada
baiknya mereka diberi tugas tentang isi pembicaraan diskusi panel dan pada
kesempatan terakhir mereka mengemukakannya atau menilai diskusi panel yang
telah berjalan. Kelima adalah diskusi kelompok kecil, di mana guru kadang-kadang
mengemukakan suatu persoalan dengan beberapa aspek, kemudian siswa
dikelompokkan antara 3 – 7 orang untuk mendiskusikan permasalahan yang
dikemukakan tadi dalam kelompok-kelompok kecil. Diskusi semacam ini disebut
juga buzz groups (Engkoswara,
1984:51-52).
2.2
Kelemahan metode diskusi dalam pembelajaran
Metode diskusi apabila diterapkan dalam pembelajaran
juga memiliki kelemahan, seperti tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar,
peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas, dikuasai oleh anak-anak yang
suka bicara, dan biasanya anak menghendaki pendekatan guru yang lebih formal
(Syaiful Bahri Djamarah,2000). Ketika diskusi berlangsung, anak yang tidak ikut
aktif cenderung akan melepaskan diri dari tanggung jawab. Selain itu juga banyak
waktu yang terpakai, kadang-kadang hasilnya tidak sesuai yang diharapkan. Dalam
hal ini penyelesaian hasil diskusi sulit untuk diramalkan atau diperhitungkan.
Diskusi sukar diterapkan di tingkatan sekolah dasar, tetapi bukan tidak mungkin
diterapkan di sekolah dasar. Diskusi memerlukan ketajaman dalam menangkap inti
masalah yang dibicarakan. Hal ini tidak mudah, sehingga sering dalam diskusi
itu keluar dari topik permasalahan. Dalam prakteknya sering diskusi itu akan
diborong oleh beberapa siswa saja, sedangkan yang lain hanya sebagai pendengar
setia walaupun guru sudah memberi kesempatan kepada semua siswa untuk
mengemukakan pendapatnya.
Harapan agar dalam pelaksanaan diskusi dapat
berjalan dengan baik, maka guru perlu mencari pemasalahan yang kira-kira tepat
untuk menjadi bahan diskusi. Masalah dan pertanyaan yang baik untuk dijadikan
bahan diskusi yang baik hendaknya memenuhi syarat-syarat seperti: harus
mengandung berbagai kemungkinan jawaban, sehingga setiap jawaban memiliki
kebenaran yang dapat ditinjau dari sudut pandang tertentu. Masalah-masalah itu
hendaknya memiliki arti bagi siswa dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan
siswa. Masalah dan pertanyaan tersebut harus dapat mengembangkan taraf belajar
siswa yang lebih tinggi.
Nilai metode diskusi dalam rangka pelaksanaan
pengajaran tidak dapat disangkal, tetapi biasanya guru tidak melaksanakannya.
Hal ini dikarenakan ada anggapan bahwa menggunakan metode diskusi dipandang
lebih sukar daripada menggunakan ceramah. Guru banyak mencari cara yang
dirasakannya lebih mudah. Biasanya guru berpendapat bahwa metode diskusi
memakan waktu terlalu banyak jika dibandingkan dengan metode ceramah atau
tugas. Ada juga anggapan bahwa siswa belum sanggup berdiskusi karena siswa
belum banyak pengetahuan sehingga lebih baik diberi tahu saja. Hal ini adalah
suatu anggapan yang salah karena belajar yang baik tidak selalu harus menerima
tetapi juga mencari dan memikirkan sendiri (Engkoswara, 1984: 52).
(Engkoswara, 1984: 53) dalam metode diskusi biasanya
ada siswa yang memborong pembicaraan atau aktif dan ada siswa yang pasif. Dalam
hal demikian guru hendaknya dapat memperhatikan dan memberi jalan kepada
siswa-siswa supaya dapat ikut serta dalam diskusi dengan merata.
2.3
Kekuatan-kekuatan dari metode diskusi secara umum
Seperti metode-metode lain, metode
diskusi juga memiliki kekuatan-kekuatan, yakni suasana kelas menjadi hidup,
karena anak akan mengarahkan pemikirannya pada masalah yang sedang
didiskusikan. Partisipasi siswa dalam metode diskusi sangat baik. Siswa berlatih
kritis dengan mempertimbangkan pendapat dari teman-temannya, kemudian
menentukan sikap menerima, menolak, atau tidak berpendapat sama sekali. Metode
diskusi juga dapat menaikkan prestasi kepribadian individual, seperti sikap
toleransi, demokratis, kritis, dan berfikir sistematis. Selain itu juga berguna
dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam alam demokratis. Metode diskusi merupakan
latihan untuk memenuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku dalam musyawarah.
Tujuan dari metode diskusi ini sendiri
adalah untuk menanamkan dan mengembangkan keberanian dalam mengemukakan
pendapat sendiri, mencari kebenaran secara jujur melalui pertimbangan pendapat
yang mungkin saja berbeda antara satu dengan yang lain. Selain itu juga
bertujuan untuk melatih siswa agar belajar menemukan kesepakatan pendapat
melalui musyawarah, dan memberikan kehidupan kelas yang lebih mendekati
kegiatan hidup yang sebenarnya. Salah satu komponen yang sangat menentukan
berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran adalah metode yang digunakaan. Metode
diskusi dipilih karena dengan menggunakan metode diskusi ini akan mendorong
siswa berfikir sistematis dengan menghadapkannya kepada masalah-masalah yang
akan dipecahkan. Selain itu dengan menggunakan metode diskusi maka siswa akan
terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan diskusi siswa dapat saling
bertukar informasi dan dapat mempertahankan pendapatnya dalam rangka pemecahan
masalah yang dapat ditinjau dari berbagai segi.
2.4
Kekuatan dan kelemahan metode diskusi dalam mata
pelajaran sejarah
Metode diskusi dalam penerapannya pada mata
pelajaran sejarah memiliki kekuatan dan juga kelemahan. Kekuatan metode diskusi
dalam bidang studi sejarah juga tidak berbeda jauh dari kekuatan metode diskusi
secara umum, yakni dalam melakukan kegiatan diskusi khususnya bidang studi
sejarah siswa akan terlibat baik sebagai
partisipan, penanya, penyanggah, moderator
maupun ketua kelompok. Hal ini berguna untuk mengembangkan proses intelektual
dan pandangan siswa. Metode diskusi dalam penerapannya pada mata pelajaran
sejarah dapat menimbulkan kreatifitas dalam ide, pendapat, prakarsa, dan
terobosan-terobosan baru dalam pemecahan permasalahan. Selain itu juga dapat menimbulkan
kemampuan berfikir kritis dan partisipasi secara demokratis. Metode diskusi
dalam penerapannya pada mata pelajaran sejarah dapat melatih kestabilan emosi
dengan menghargai dan menerima pendapat orang lain, tidak memaksakan pendapat
sendiri sehingga tercipta sikap memberi-menerima, sehingga akan menghasilkan keputusan
hasil kelompok yang akan lebih baik daripada hasil pemikiran sendiri.
Pada sisi lain terdapat kelemahan dari metode
diskusi dalam penerapannya pada mata pelajaran sejarah. Kelemahan metode diskusi
dalam bidang studi sejarah, yakni kegiatan diskusi terlalu banyak menyerap
waktu dan kadang-kadang dapat berlarut-larut sehingga dapat mengganggu
pelajaran yang lain. Pada umumnya siswa tidak berlatih untuk melakukan diskusi
dan menggunakan waktu dengan baik, maka kecenderungan mereka tidak dapat
melakukan diskusi dengan baik. Selain itu kadang-kadang guru tidak memahami
cara-cara melaksanakan diskusi, maka kecenderungan diskusi menjadi tanya jawab
yang tidak jelas ujung permasalahannya. Pada mata pelajaran sejarah, sering dijumpai
terjadi permasalahan perbedaan tentang nama dan sebutan untuk suatu tempat. Hal
ini menyebabkan perbedaan pemahaman. Metode diskusi meskipun telah diorganisasi
dengan baik masih belum menjamin dilaksanakannya kesepakatan menjadi tanpa
tujuan atau free for all terutama
jika ketua diskusi tidak produktif akibatnya diskusi hanya akan menjadi suatu
pembicaraan yang tidak berujung pangkal atau tidak terarah dan menjadi tempat
bersatunya kebodohan.
Kelemahan-kelemahan tersebut menunjukkan bahwa
kelemahan pada metode diskusi itu bersumber dari guru yang kurang menguasai
penggunaaan dan manfaat diskusi dalam membahas materi pelajaran, khususnya
sejarah. Kelemahan juga datang dari peserta didik yaitu kurang mampu
melaksanakan diskusi dengan baik karena terjebak dengan tanya jawab atau debat
kusir sehingga makna diskusi sebagai suatu teknik untuk memahami materi
pelajaran tidak terpenuhi dengan baik. Penggunaan metode diskusi sejak dini
dalam pengajaran IPS terutama bidang studi sejarah sangat baik. Metode diskusi
ini sebagai salah satu cara mengajar formal pada zaman Yunani dan Romawi dan
terletak di dalam dan tugas guru adalah sepeti bidang yang tugasnya adalah
membentuk lahirnya gagasan dari pikiran siswa. Diskusi yang dilakukan dengan
benar merupakan salah satu metode yang efektif dan ketepatgunaannya akan sangat
berguna dalam pengajaran IPS khususnya sejarah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Saran
Setiap
menerapkan metode apapun dalam kegiatan belajar mengajar, peran guru dan siswa
saling mempengaruhi. Sebagai seorang guru dalam mengajar hendaknya dipersiapkan
terlebih dahulu agar dapat menguasai metode yang digunakan nantinya pada saat
mengajar. Berhasil tidaknya proses mengajar akan sangat dipengaruhi oleh
kemampuan guru pada saat mengajar. Setiap guru diharapkan mampu memberikan
inovasi dalam pembelajaran agar siswa tidak merasa jenuh dalam mengikuti
pelajaran di kelas.
3.2 Kesimpulan
1. Metode diskusi adalah adalah suatu cara
penyajian bahan pengajaran dengan guru memberikan kesempatan kepada siswa atau
kelompok-kelompok untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun ke berbagai alternatif pemecahan suatu
masalah.
2. Kelemahan metode diskusi meliputi peserta
diskusi mendapat informasi yang terbatas, dikuasai oleh anak-anak yang suka
bicara, banyak waktu yang terpakai.
3. Kekuatan metode diskusi meliputi suasana
kelas menjadi hidup, melatih berfikir
kritis, dapat menaikkan prestasi kepribadian individual, merupakan
latihan untuk memenuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku dalam musyawarah.
DAFTAR RUJUKAN
Depdikbud. 1994. Didaktik
Atau Metode Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Engkoswara. 1984. Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bina Aksara.
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung:
Usaha Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar