Rabu, 10 September 2014

MAKALAH METODE DISKUSI



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pelaksanaan pembelajaran di kelas sering dirasakan membosankan bagi siswa karena guru hanya memberikan pelajaran dengan menggunakan satu cara dan tidak heran apabila sering didapati siswa sedang mengantuk dan kadang berbicara sendiri dengan teman yang lain sedangkan guru sedang menerangkan, untuk itu diperlukan strategi pembelajaran agar proses kegiatan belajar mengajar dapat berhasil. Kompetensi Supervisi Akademik merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh para guru satuan pendidikan. Kompetensi ini berkenaan dengan kemampuan guru dalam rangka pembinaan dan pengembangan kemampuan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di sekolah. Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (David, 1978). Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan atau rangkaian kegiatan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Pada mulanya istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan, namun sekarang istilah strategi sudah banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan, misalnya seorang pimpinan perusahaan yang menginginkan keuntungan dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam mencapai tujuannya tersebut, seorang pelatih sepak bola juga akan menentukan strategi yang dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu pertandingan. Begitu juga dengan guru yang mengharapkan hasil yang terbaik dalam proses pembelajaran dengan menerapkan strategi agar hasil belajar siswanya bagus. Strategi pembelajaran dapat juga diartikan sebagai usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel  pengajaran seperti: tujuan, bahan, metode, alat, dan evaluasi agar dapat mempengaruhi siswa untuk mencapai tujuan yakni pembelajaran yang efektif dan efisien. Terdapat berbagai macam strategi pembelajaran yang dapat digunakan, salah satunya adalah dengan metode diskusi. Berangkat dari sinilah penulis akan membahas makalah dengan judul Penerapan Metode Diskusi Dalam Mata Pelajaran Sejarah di Sekolah.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian tentang metode diskusi?
2.      Bagaimana kelemahan-kelemahan metode diskusi ketika digunakan dalam pembelajaran di kelas?
3.      Bagaimana kekuatan dari metode diskusi secara umum?
4.      Bagaimana kelemahan dan kekuatan metode diskusi dalam mata pelajaran sejarah?
1.3  Tujuan
1.      Mengetahui pengertian tentang metode diskusi.
2.      Mengetahui kelemahan-kelemahan metode diskusi ketika digunakan dalam pembelajaran di kelas.
3.      Mengetahui kekuatan dari metode diskusi secara umum.
4.      Mengetahui kelemahan dan kekuatan metode diskusi dalam mata pelajaran sejarah.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Pengertian metode diskusi
Metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar dan menjadi penting bagi guru untuk memilih metode yang lebih efektif untuk  digunakan. Pada dasarnya semua metode yang digunakan dalam mengajar adalah baik, namun dalam pelaksanaannya sangat bergantung pada guru. Metode guru dapat menjadi baik akan menjadi jelek apabila guru tidak menguasai tehnik pelaksanaan dari metode yang digunakan. Diskusi adalah aktifitas dari sekelompok siswa yang berbicara saling bertukar informasi maupun pendapat tentang sebuah topik atau masalah, di mana setiap anak ingin mencari jawaban atau penyelesaian masalah dari segala segi dan kemungkinan yang ada (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: 1994). Diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisikan pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide, serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam suatu kelompok untuk mencari kebenaran.
Metode diskusi merupakan metode yang dapat membuat siswa aktif karena siswa memperoleh kesempatan berbicara atau berdialog untuk bertukar pikiran dan informasi tentang suatu topik atau masalah dan mencari fakta atau pembuktian yang dapat digunakan bagi pemecahan masalah. Metode diskusi adalah metode mengajar yang erat hubungannya dengan memecahkan masalah atau problem solving (Muhibbin Syah,2000). Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan dengan tujuan untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah  dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa dihadapkan  kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat probematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama (Djamarah dan Aswan: 2006). Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian materi pelajaran melalui sarana pertukaran pikiran untuk memecahkan persoalan yang dihadapi (Semiwan,1990: 76), sedangkan menurut Suryosubroto (1997: 179) mengatakan metode diskusi adalah adalah suatu cara penyajian bahan pengajaran dengan guru memberikan kesempatan kepada siswa atau kelompok-kelompok untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun ke berbagai alternatif pemecahan suatu masalah.
Banyak masalah yang terjadi di lingkungan murid yang memerlukan pembahasan lebih dari seorang saja, yakni terutama masalah-masalah yang memerlukan kerjasama dan  musyawarah, dengan demikian diskusi atau musyawarah merupakan jalan pemecahan yang memberi kemungkinan mendapatkan penyelesaian yang terbaik. Metode diskusi dalam proses mengajar dan belajar berarti metode mengemukakan pendapat dalam musyawarah untuk mufakat sehingga inti dari pengertian diskusi adalah meeting of minds. Dalam pemecahan masalah diperlukan bermacam-macam jawaban yang mana dari jawaban-jawaban tersebut dipilih yang paling logis, tepat, dan memiliki argumentasi yang kuat. Dalam diskusi untuk memperoleh pertemuan pendapat diperlukan pembahasan yang didukung oleh argumentasi yang mana argumentasi kontra dengan argumentasi. Cara ini menimbulkan perhatian dan perubahan pada tingkah laku anak dalam belajar. Metode diskusi dimaksudkan juga untuk merangsang siswa dalam belajar dan berfikir secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan objektif dalam pemecahan suatu masalah.
Prinsip dari metode diskusi adalah melibatkan siswa secara aktif, diperlukan ketertiban dan keteraturan dalam mengemukakan pendapat secara bergilir dengan dipimpin oleh seorang ketua atau moderator, masalah yang didiskusikan sesuai dengan perkembangan dan kemampuan berfikir siswa, guru mendorong siswa yang kurang aktif untuk melakukan atau mengeluarkan pendapatnya, siswa dibiasakan untuk menghargai pendapat orang lain dalam menyetujui atau menentang pendapat. Metode diskusi sangat sesuai digunakan apabila materi yang disajikan bersifat rendah kesempatannya, untuk mengembangkan sifat-sifat atau tujuan pengajaran yang bersifat efektif, dan untuk tujuan-tujuan yang bersifat analisis sistematis dan tingkat pemahaman yang tinggi.
Tugas guru dalam diskusi adalah dapat bertindak sebagai pimpinan diskusi, mengusahakan jalannya diskusi agar tidak terjaadi dialog atau hanya sekedar tanya jawab antara guru dan siswa atau antara dua orang siswa saja, guru sebagai moderator yang dapat mengamankan, menolak, atau menyampaikan pendapat dan usul-usul kepada peserta diskusi. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam diskusi adalah pemilihan topik yang akan didiskusikan, dibentuk kelompok-kelompok diskusi, dan para siswa melakukan diskusi dalam kelompok masing-masing.
Terdapat beberapa jenis metode diskusi yang dapat dilakukan oleh guru untuk membimbing siswa dalam belajar, antara lain: yang pertama diskusi kelas, yakni guru mengajukan persoalan di kelas dan siswa menanggapi. Guru berfungsi sebagai pengatur, pendorong, dan pengarah pembicaraan. Diskusi semacam ini disebut juga diskusi formal. Pembicaraan dalam diskusi ini diatur oleh ketua diskusi dan yang hendak berbicara kadang-kadang harus mencatatkan diri baru kemudian dipersilahkan untuk berbicara. Semua pembicaraan dicatat dan pada akhir diskusi diajukan beberapa kesimpulan. Kedua adalah diskusi kuliah, yakni di mana seorang pembicara atau guru atau perwakilan siswa berbicara di muka kelas untuk mengemukakan persoalannya sekitar 20 menit atau 30 menit. Setelah itu diadakan pertanyaan-pertanyaan. Diskusi terbatas pada satu persoalan yang dikemukakan pembicara sehingga melalui diskusi semacam ini persoalan diharapkan dibicarakan dan dipelajari secara mendalam. Ketiga adalah Symposium, di mana symposium ini hampir sama dengan diskusi kuliah, tetapi pada symposium terdapat beberapa orang yang berbicara atau pengarah persoalan. Suatu masalah ditinjau dari berbagai segi, karena itu para pembicara diharapkan berbeda pandangan terhadap suatu persoalan. Dalam symposium permasalahan dibahas secara meluas. Keempat adalah diskusi panel, yakni terdapat beberapa orang yang membahas suatu persoalan. Biasanya 4 – 5 orang pembicara. Diskusi hanya dilakukan oleh mereka yang ditunjuk saja, sedangkan yang lain melihat dan mendengarkan dari belakang. Kemudian untuk mengetahui apakah siswa lainnya yang tidak ikut berbicara mengikuti atau tidak, maka ada baiknya mereka diberi tugas tentang isi pembicaraan diskusi panel dan pada kesempatan terakhir mereka mengemukakannya atau menilai diskusi panel yang telah berjalan. Kelima adalah diskusi kelompok kecil, di mana guru kadang-kadang mengemukakan suatu persoalan dengan beberapa aspek, kemudian siswa dikelompokkan antara 3 – 7 orang untuk mendiskusikan permasalahan yang dikemukakan tadi dalam kelompok-kelompok kecil. Diskusi semacam ini disebut juga buzz groups (Engkoswara, 1984:51-52).

2.2  Kelemahan metode diskusi dalam pembelajaran
Metode diskusi apabila diterapkan dalam pembelajaran juga memiliki kelemahan, seperti tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar, peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas, dikuasai oleh anak-anak yang suka bicara, dan biasanya anak menghendaki pendekatan guru yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah,2000). Ketika diskusi berlangsung, anak yang tidak ikut aktif cenderung akan melepaskan diri dari tanggung jawab. Selain itu juga banyak waktu yang terpakai, kadang-kadang hasilnya tidak sesuai yang diharapkan. Dalam hal ini penyelesaian hasil diskusi sulit untuk diramalkan atau diperhitungkan. Diskusi sukar diterapkan di tingkatan sekolah dasar, tetapi bukan tidak mungkin diterapkan di sekolah dasar. Diskusi memerlukan ketajaman dalam menangkap inti masalah yang dibicarakan. Hal ini tidak mudah, sehingga sering dalam diskusi itu keluar dari topik permasalahan. Dalam prakteknya sering diskusi itu akan diborong oleh beberapa siswa saja, sedangkan yang lain hanya sebagai pendengar setia walaupun guru sudah memberi kesempatan kepada semua siswa untuk mengemukakan pendapatnya.
Harapan agar dalam pelaksanaan diskusi dapat berjalan dengan baik, maka guru perlu mencari pemasalahan yang kira-kira tepat untuk menjadi bahan diskusi. Masalah dan pertanyaan yang baik untuk dijadikan bahan diskusi yang baik hendaknya memenuhi syarat-syarat seperti: harus mengandung berbagai kemungkinan jawaban, sehingga setiap jawaban memiliki kebenaran yang dapat ditinjau dari sudut pandang tertentu. Masalah-masalah itu hendaknya memiliki arti bagi siswa dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Masalah dan pertanyaan tersebut harus dapat mengembangkan taraf belajar siswa yang lebih tinggi.
Nilai metode diskusi dalam rangka pelaksanaan pengajaran tidak dapat disangkal, tetapi biasanya guru tidak melaksanakannya. Hal ini dikarenakan ada anggapan bahwa menggunakan metode diskusi dipandang lebih sukar daripada menggunakan ceramah. Guru banyak mencari cara yang dirasakannya lebih mudah. Biasanya guru berpendapat bahwa metode diskusi memakan waktu terlalu banyak jika dibandingkan dengan metode ceramah atau tugas. Ada juga anggapan bahwa siswa belum sanggup berdiskusi karena siswa belum banyak pengetahuan sehingga lebih baik diberi tahu saja. Hal ini adalah suatu anggapan yang salah karena belajar yang baik tidak selalu harus menerima tetapi juga mencari dan memikirkan sendiri (Engkoswara, 1984: 52).
(Engkoswara, 1984: 53) dalam metode diskusi biasanya ada siswa yang memborong pembicaraan atau aktif dan ada siswa yang pasif. Dalam hal demikian guru hendaknya dapat memperhatikan dan memberi jalan kepada siswa-siswa supaya dapat ikut serta dalam diskusi dengan merata. 
2.3  Kekuatan-kekuatan dari metode diskusi secara umum
Seperti metode-metode lain, metode diskusi juga memiliki kekuatan-kekuatan, yakni suasana kelas menjadi hidup, karena anak akan mengarahkan pemikirannya pada masalah yang sedang didiskusikan. Partisipasi siswa dalam metode diskusi sangat baik. Siswa berlatih kritis dengan mempertimbangkan pendapat dari teman-temannya, kemudian menentukan sikap menerima, menolak, atau tidak berpendapat sama sekali. Metode diskusi juga dapat menaikkan prestasi kepribadian individual, seperti sikap toleransi, demokratis, kritis, dan berfikir sistematis. Selain itu juga berguna dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam alam demokratis. Metode diskusi merupakan latihan untuk memenuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku dalam musyawarah.
Tujuan dari metode diskusi ini sendiri adalah untuk menanamkan dan mengembangkan keberanian dalam mengemukakan pendapat sendiri, mencari kebenaran secara jujur melalui pertimbangan pendapat yang mungkin saja berbeda antara satu dengan yang lain. Selain itu juga bertujuan untuk melatih siswa agar belajar menemukan kesepakatan pendapat melalui musyawarah, dan memberikan kehidupan kelas yang lebih mendekati kegiatan hidup yang sebenarnya. Salah satu komponen yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran adalah metode yang digunakaan. Metode diskusi dipilih karena dengan menggunakan metode diskusi ini akan mendorong siswa berfikir sistematis dengan menghadapkannya kepada masalah-masalah yang akan dipecahkan. Selain itu dengan menggunakan metode diskusi maka siswa akan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan diskusi siswa dapat saling bertukar informasi dan dapat mempertahankan pendapatnya dalam rangka pemecahan masalah yang dapat ditinjau dari berbagai segi.

2.4  Kekuatan dan kelemahan metode diskusi dalam mata pelajaran sejarah
Metode diskusi dalam penerapannya pada mata pelajaran sejarah memiliki kekuatan dan juga kelemahan. Kekuatan metode diskusi dalam bidang studi sejarah juga tidak berbeda jauh dari kekuatan metode diskusi secara umum, yakni dalam melakukan kegiatan diskusi khususnya bidang studi sejarah  siswa akan terlibat baik sebagai partisipan, penanya, penyanggah, moderator  maupun ketua kelompok. Hal ini berguna untuk mengembangkan proses intelektual dan pandangan siswa. Metode diskusi dalam penerapannya pada mata pelajaran sejarah dapat menimbulkan kreatifitas dalam ide, pendapat, prakarsa, dan terobosan-terobosan baru dalam pemecahan permasalahan. Selain itu juga dapat menimbulkan kemampuan berfikir kritis dan partisipasi secara demokratis. Metode diskusi dalam penerapannya pada mata pelajaran sejarah dapat melatih kestabilan emosi dengan menghargai dan menerima pendapat orang lain, tidak memaksakan pendapat sendiri sehingga tercipta sikap memberi-menerima, sehingga akan menghasilkan keputusan hasil kelompok yang akan lebih baik daripada hasil pemikiran sendiri.
Pada sisi lain terdapat kelemahan dari metode diskusi dalam penerapannya pada mata pelajaran sejarah. Kelemahan metode diskusi dalam bidang studi sejarah, yakni kegiatan diskusi terlalu banyak menyerap waktu dan kadang-kadang dapat berlarut-larut sehingga dapat mengganggu pelajaran yang lain. Pada umumnya siswa tidak berlatih untuk melakukan diskusi dan menggunakan waktu dengan baik, maka kecenderungan mereka tidak dapat melakukan diskusi dengan baik. Selain itu kadang-kadang guru tidak memahami cara-cara melaksanakan diskusi, maka kecenderungan diskusi menjadi tanya jawab yang tidak jelas ujung permasalahannya. Pada mata pelajaran sejarah, sering dijumpai terjadi permasalahan perbedaan tentang nama dan sebutan untuk suatu tempat. Hal ini menyebabkan perbedaan pemahaman. Metode diskusi meskipun telah diorganisasi dengan baik masih belum menjamin dilaksanakannya kesepakatan menjadi tanpa tujuan atau free for all terutama jika ketua diskusi tidak produktif akibatnya diskusi hanya akan menjadi suatu pembicaraan yang tidak berujung pangkal atau tidak terarah dan menjadi tempat bersatunya kebodohan. 
Kelemahan-kelemahan tersebut menunjukkan bahwa kelemahan pada metode diskusi itu bersumber dari guru yang kurang menguasai penggunaaan dan manfaat diskusi dalam membahas materi pelajaran, khususnya sejarah. Kelemahan juga datang dari peserta didik yaitu kurang mampu melaksanakan diskusi dengan baik karena terjebak dengan tanya jawab atau debat kusir sehingga makna diskusi sebagai suatu teknik untuk memahami materi pelajaran tidak terpenuhi dengan baik. Penggunaan metode diskusi sejak dini dalam pengajaran IPS terutama bidang studi sejarah sangat baik. Metode diskusi ini sebagai salah satu cara mengajar formal pada zaman Yunani dan Romawi dan terletak di dalam dan tugas guru adalah sepeti bidang yang tugasnya adalah membentuk lahirnya gagasan dari pikiran siswa. Diskusi yang dilakukan dengan benar merupakan salah satu metode yang efektif dan ketepatgunaannya akan sangat berguna dalam pengajaran IPS khususnya sejarah.


















BAB III
PENUTUP

3.1  Saran
Setiap menerapkan metode apapun dalam kegiatan belajar mengajar, peran guru dan siswa saling mempengaruhi. Sebagai seorang guru dalam mengajar hendaknya dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat menguasai metode yang digunakan nantinya pada saat mengajar. Berhasil tidaknya proses mengajar akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru pada saat mengajar. Setiap guru diharapkan mampu memberikan inovasi dalam pembelajaran agar siswa tidak merasa jenuh dalam mengikuti pelajaran di kelas.
3.2  Kesimpulan
1.      Metode diskusi adalah adalah suatu cara penyajian bahan pengajaran dengan guru memberikan kesempatan kepada siswa atau kelompok-kelompok untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun ke berbagai alternatif pemecahan suatu masalah.
2.      Kelemahan metode diskusi meliputi peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas, dikuasai oleh anak-anak yang suka bicara, banyak waktu yang terpakai.
3.      Kekuatan metode diskusi meliputi suasana kelas menjadi hidup, melatih berfikir  kritis, dapat menaikkan prestasi kepribadian individual, merupakan latihan untuk memenuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku dalam musyawarah.



DAFTAR RUJUKAN

Depdikbud. 1994. Didaktik Atau Metode Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Engkoswara. 1984. Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bina Aksara.
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Usaha Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar