BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keterlibatan
siswa dalam dalam kegiatan pembelajaran memberi makna bahwa kegiatan
pembelajaran dilakukan bersama dalam suasana kelompok belajar, dan rasa
kebersamaan yang tumbuh diantara anggota kelompok memungkinkan siswa untuk
mengerti dan memahami pelajaran dengan lebih baik, sehingga siswa sharring dalam belajar untuk menguasai
bahan belajar melalui pertukaran pikiran dan pengalaman diantara mereka.
Pembelajaran partisipasi merupakan salah salah satu upaya pendidik untuk
mengikutsertakan siswa dalam kegiatan pembelajaran (Sudjana, 2000:176).
Berdasarkan
pernyataan diatas, siswa sebagai peserta didik adalah suatu organisme yang
hidup dan sedang berkembang. Dalam diri masing-masing siswa tersebut terdapat
prinsip aktif yakni berperan serta dan berbuat sendiri. Untuk mencapai
keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran ini, dalam penerapan
pembelajaran mensyaratkan tersedianya berbagai metode dan metode pembelajaran
yang cocok dan sesuai. Hal ini terjadi karena metode-metode pembelajaran yang
dipilih disesuaikan dengan metode pembelajaran, cocok dengan langkah-langkah dalam
pembelajaran dapat menumbuhkan keikutsertaan siswa dalam kegiatan pembelajaran
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Knowles
(dalam Sudjana, 2001:2) mengungkapkan bahwa metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran partisipatif dapat digolongkan ke dalam tiga kategori, diantaranya
adalah metode pembelajaran perorangan (individual
methods), metode pembelajaran kelompok (group
methods), dan metode pembelajaran massal (community methods), dan metode brainstorming merupakan salah satu
contoh metode dalam pembelajaran partisipasif.
Penelitian
pun telah banyak dilaksanakan secara acak ke beberapa anak di usia SD kelas 5 sampai
dengan SMP kelas 3. Ternyata hasilnya sangat menarik dari penerapan metode
brainstorming. Bahwa anak-anak mampu memahami pola penjabaran ilmu-ilmu yang
dipelajari di sekolah dengan menggunakan
metode brainstorming yang
dilakukan dalam proses pembelajarannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Metode Brainstorming
a.
Tugas Guru dan Siswa Dalam Metode Brainstorming
b.
Langkah-langkah Penggunaan Metode Brainstorming
2. Kelebihan
dan Kekurangan Metode Brainstorming Dalam Proses Pembelajaran
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Brainstorming
Dalam Pembelajaran Sejarah.
1.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian, tugas guru
dan siswa serta langkah-langkah metode Brainstorming.
2. Untuk mengetahui Penggunaan Metode
Brainstorming Dalam Pembelajaran Sejarah
3. Untuk Mengetahui Kelebihan dan
Kekurangan Metode Brainstorming Dalam Pembelajaran Sejarah.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metode Brainstorming
Brainstorming
adalah suatu strategi atau metode pemecahan masalah kreatif yang diluncurkan
oleh Alex F. Osborn pada tahun 1953. Metode yang menitikberatkan pada
pengungkapan pendapat ini bermula dengan keinginan Osborn untuk mendorong
karyawannya supaya dapat berpikir kreatif mencari solusi dari permasalahan yang
ada pada perusahaannya dengan cara berdiskusi dimana setiap karyawannya bebas
mengungkapkan pendapat. Pada waktu itu, setelah iklan dari agen periklanan yang
dipimpin Osborn dapat disukseskan, ia berencana untuk menciptakan iklan baru
yang lebih nyata. Dalam memutuskan strategi, ia memilih cara yang berbeda
dengan meminta semua karyawannya untuk menyampaikan gagasannya yang dimiliki
oleh mereka untuk kemudian didiskusikan hingga didapatkan keputusan yang
terbaik. Osborn menampung semua gagasan dan mendiskusikannya dengan menggunakan
metode brainstorming. Lebih lanjut, gagasan ini memiliki dasar bahwa pendapat
yang ada dikumpulkan tanpa mempedulikan pendapat tersebut muncul dari siapa yang
mengeluarkan pendapat (Dahlan, 2006:11).
Keberadaan
anggota dalam mengungkapkan untuk menyatakan buah pikirannya sangatlah jelas
diperlukan dalam pelaksanaan branstorming. Dalam kenyataannya, ide yang muncul
mengenai penggunaan metode branstorming sangat afektif untuk mendapatkan suatu
gagasan yang baik dalam mengatasi permasalahan secara kreatif.
Pemikiran-pemikiran dan gagasan yang dimiliki oleh setiap anggotanya mampu
mendorong mengatasi permasalahan yang dihadapi secara kreatif. Metode ini dapat
digunakan pada dunia bisnis maupun keuangan, kemudian berkembang seiring dengan
banyaknya inovasi di dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan juga dalam bidang
pendidikan yang memerlukan pertukaran di gagasan di dalamnya. Dalam
perkembangannya metode brainstorming ini kemudian dikenal juga dengan metode
curah pendapat. “Curah pendapat adalah metode pembelajaran yang dilakukan dalam
kelompok yang peserta didiknya memiliki latar belakang dan pengetahuan yang
berbeda-beda” (Sudjana, 2001:86). Kegiatan ini dilakukan untuk menghimpun
gagasan atau pendapat dalam rangka menentukan dan memilih berbagai pernyataan
sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang berkaitan dengan kebutuhan belajar,
sumber-sumber, hambatan dan lain sebagainya. Setiap siswa diberi kesempatan
secara bergiliran untuk menyampaikan pernyataan tentang pendapat atau
gagasannya.
Namun
menurut Roestiyah dibukunya Strategi
Belajar Mengajar bahwa Metode Brainstorming adalah suatu metode atau
mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Ialah dengan melontarkan
suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan
pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi
masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai satiu cara untuk mendapatkan banyak
ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat (Roestiyah
2001: 73).
Sejalan
dengan Roestiyah, Hatimah (2003:32) menyebutkan bahwa “curah pendapat atau
branstorming merupakan suatu cara untuk menghimpun gagasan atau pendapat dari
setiap warga belajar tentang suatu permasalahan. Metode branstorming mendorong
siswa untuk mengembangkan dan menemukan sebanyak mungkin gagasan untuk
memecahkan masalah. Kemudian pada tahap berikutnya dinilai gagasan mana yang
paling mungkin untuk dilaksanakan. Ada 4 aturan dasar yang harus diperhatikan
dalam proses pengungkapan pendapat, yaitu:
1.
Kritik
dan penilaian yang merugikan pemunculan gagasan untuk sementara ditunda (deferred-judgement). Aturan ini
sebenarnya menyiratkan bahwa kritikan dapat membuat orang lain spontan dalam
berfikir, tetapi jika kritikan yang ada ternyata dapat menimbulkan seseorang
menjadi kurang percaya diri sebaiknya kritikan dihindari saja.
2.
Sambut
gagasan yang kelihatan liar dan bebas. Aturan ini menyatakan bahwa kita harus
menyambut gagasan, terutama yang terasa berbeda atau bahkan hampir mendekat
solusi.
3.
Semakin
banyak gagasan semakin bagus dan semakin besar kemungkinan didapatkannya
gagasan yang baik. Aturan ini menyiratkan bahwa kuantitas dari gagasan juga
diperlukan.
4.
Lakukan
kombinasi dan perbaikan gagasan para siswa hingga menjadi gagasan yang terbaik.
(Dahlan, 2006:12).
Berdasarkan pernyataan diatas, jelaslah bahwa
keikutsertaan siswa dalam berpendapat dan berdiskusi dengan kelompoknya untuk
menghasilkan solusi yang baik dapat mengembangkan potensi dan keberanian siswa,
karena mereka memiliki latar belakang yang berbeda dan potensi yang dimilikinya
pun berbeda. Setiap siswa memiliki potensi yang tinggi asalkan mereka berani
menuangkan seluruh ide dan gagasan yang dimilikinya. Pengetahuan siswa pun akan
menjadi lebih berkembang. Dalam metode brainstorming, guru harus dapat
menampung dan mengkombinasikan gagasan-gagasan yang ada sehingga tercipta
gagasan yang benar. Hal ini tentu akan memuat pemahaman siswa terhadap
pembelajaran sejarah yang lebih utuh dan integratif.
2.1.1 Tugas Guru
dan Siswa Dalam Metode Brainstorming
Sebagai
salah satu metode pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam pelaksanaan
brainstorming diperluakan suatu fasilitator untuk memulai, melaksanakan kegiatan
dan mendorong keikutsertaan semua anggota yang ada selama kegiatan berlangsung.
Surjadi yang dikutip oleh Tuti Indrayani (2005:15) mengemukakan tugas-tugas
yang harus dilakukan oleh guru dalam metode brainstorming untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Tugas guru tersebut diantaranya sebagai berikut:
1. Mengemukakan masalah atau materi kepada
kelompok.
2. Menunjuk seorang penulis yang mencatat
cara yang diajukan anggota kelompok.
3. Menerapakan peraturn pokok bagi para
anggota seperti mengemukakan pemecahan dengan cepat, mengemukakan gagasan yang
terlintas dalam pikiran menghindari mengevaluasi orang lain.
4. Menentukan berapa lama kegiatan
pengungkapan pendapat berlangsung
5. Meminta saran penelaah.
Berdasarkan penjelasan
diatas, dalam pelaksanaan metode ini tugas guru adalah memberikan masalah yang
mampu merangsang pikiran siswa, sehingga mereka bisa menanggapi, dan guru tidak
boleh mengomantari bahwa pendapat siswa itu benar atau salah. Disamping itu,
pendapat yang dikemukakan tidak perlu langsung disimpulkan, guru hanya
menampung semua pernyataan pendapat siswa, sehingga semua siswa didalam kelas
mendapatkan giliran. Selama pengungkapan pendapat tidak perlu komentar atau
evaluasi secara langsung.
Sedangkan peran siswa
dalam metode brainstorming ini adalah bertugas memiliki bekal pengetahuan untuk
menanggapi masalah, mengemukakan pendapat, bertanya, atau mengemukakan masalah
baru melalui proses imajinasi yang dimilikinya. Mereka belajar dan melatih
merumuskan pendapatnya dengan bahasa dan kalimat yang baik, sehingga mereka
bisa memperoleh suatu kesimpulan yang tepat setelah pembelajaran. Siswa yang
kurang aktif perlu dipancing dengan pertanyaan dari guru agar turut
berpartisipasi aktif, dan berani mengemukakan pendapatnya.
Nakamura dalam Dahlan
(2006:13) menggambarkan proses imajinasi siswa dalam metode brainstorming
hingga didapatkan gagasan atau kesimpulan yang benar adalah sebagai berikut:
Gambar Proses Imajinasi
Brainstorming
Pada gambar diatas, tampak bahwa
pemahaman siswa diibaratkan sebagai gambar imajinasi yang belum terdefinisi
atau belum memiliki kejelasan yang utuh ketika sebuah masalah atau situasi
diberikan. Akan tetapi, seiring berjalannya proses brainstorming, gambar
tersebut terbentuk dengan sendirinya menjadi gambar yang terdefinisi. Hal ini memeberi
arti bahwa pemahaman siswa akan terbentuk dan menjadi utuh serta integrative
ketika diberikan proses brainstorming.
2.1.2
Langkah-langkah Penggunaan Metode Brainstorming
Langkah-langkah
dari kegiatan belajar mengajar yang menggunakan metode brainstorming adalah
sebagai berikut:
1. pendidik menyusun pertanyaan-pertanyaan
tentang kebutuhan belajar, sumber-sumber dan kemungkinan-kemungkinan hambatan
pembelajaran. Sebagai contoh adalah sebagai
a. Untuk peningkatan kemampuan melaksanakan
tugas, pekerjaan,
atau kegiatan peserta didik,
menurut pendapat anda pengetahuan, n sikap, dan keterampilan apakah yang ingin
dipelajarai peserta didik.
b. Untuk menyelenggarakan kegiatan belajar
agar kebutuhan belajar itu dapat tercapai, sumber-sumber belajar apa saja yang
dapat digunakan.
c. Dalam melakukan kegiatan belajar itu
hambatan apakah yang mungkin timbul.
2. Pendidik menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan 1a, 1b dan 1c secara berurutan kepada seluruh peserta
didik dalam kelompok. Sebelum menjawab pertanyaan, peserta didik diberi waktu
sekitar 3 menit untuk memikirkan mengenai alternatif jawaban.
3. Pendidik
menjelaskan aturan-aturan yang harus diperhatikan oleh peserta didik, seperti:
setiap orang menyampaikan satu pendapat atau gagasan dengan cepat, menyampaikan
jawaban secara langsung dan menghindarkan diri untuk mengkritik, menyela
pendapat orang lain.
4.
Pendidik memberitahukan waktu yang akan digunakan, misalnya sekitar 15
menit, yaitu untuk menyampaikan masing-masing pertanyaan dan meminta peserta
didik mengajukan pendapat yang telintas dalam pikirannya dan dilakukan secara
bergiliran dan berurutan dari samping kiri ke samping kanan atau sebaliknya,
atau dari baris depan ke belakang atau sebaliknya.
5. Pendidik boleh menunjuk seorang penulis untuk
mencatat pendapat dan jawaban yang diajukan peserta didik dan dapat pula
menunjuk sebuah tim untuk mengevaluasi bagaimana proses dan hasil penggunaan
metode ini. Serta pendidik dapat memimpin kelompok agar kelompok itu dapat
mengevaluasi jawaban dan pendapat yang terkumpul. Pendidik menghindarkan
dominasi seorang peserta menyampaikan gagasan dan pendapat (Sudjana: 2001:87).
Berdasarkan
dari langkah-langkah diatas, maka melalui metode pembelajaran Brainstorming
aktifitas siswa tidak hanya duduk dengan tenang dan mendengarkan penjelasan
guru, atau menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak berhubungan dengan
kegiatan pembelajaran. Siswa secara berkelompok mendiskusikan permasalahan yang
telah diberikan pada awal pertemuan kemudian pendapat-pendapat atau ide yang
dihasilkan ditulis tanpa mempedulikan pendapat-pendapat itu benar atau salah
karena selain mendiskusikan dalam kelompok tahap selanjutnya mendiskusikannya
dengan kelompok lainnya dalam sesi pengumpulan gagasan dan kesimpulan.
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Brainstorming
Dalam Proses Pembelajaran
o Kelebihan
Metode Brainstorming
Metode Brainstorming
memiliki banyak kelebihan. Beberapa ahli seperti Sudjana (2001:88)
mengungkapkan kelebihan dari metode brainstorming sebagai berikut:
a. Merangsang semua peserta didik untuk mengemukakan
pendapat dan gagasan,
b. Menghasilkan jawaban atau atau pendapat
melalui reaksi berantai,
c. Penggunaan waktu dapat dikontrol dan
metode ini dapat digunakan dalam kelompok besar atau kecil,
d. Tidak memerlukan banyak alat atau tenaga
professional.
Senada dengan Sudjana, Subana yang
dikutip oleh Tuti Indrayani (2005:13) mengungkapkan banyak sekali kelebihan
dari metode Brainstorming. Diantaranya sebagai berikut:
a. Mendorong siswa untuk aktif berfikir
cepat dan tersusun logis,
b. Mendorong siswa untuk menyatakan
pendapatnya dan merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan
dengan masalah yang diberikan oleh guru,
c. Terjadi persaingan yang sehat,
d. Suasana demokratis dan disiplin dapat
ditumbuhkan.
Roestiyah (1985:74)
mengungkapkan beberapa kelebihan metode Brainstorming lainnya, yaitu sebagai
berikut:
a. Anak-anak aktif berfikir untuk
menyatakan pendapat,
b. Melatih siswa bepikir dengan cepat dan
tersusun logis,
c. Meningkatkan partisipasi siswa dalam
menerima pelajaran,
d. Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan
dari temannnya yang pandai atau dari guru,
e. Terjadi persaingan yang sehat,
f. Anak merasa bebas dan gembira,
g. Suasana demokrasi dan disiplin dapat
ditumbuhkan.
o Kelemahan
Metode Brainstorming
Selain
memiliki banyak kelebihan, metode Brainstorming juga memiliki kelemahan.
Berikut kelemahan-kelemahan metode Brainstorming yang dikemukakan oleh
(Sudjana, 2001:88) adalah sebagai berikut:
a. Peserta didik yang kurang perhatian dan
kurang berani mengemukakan pendapat akan merasa terpaksa untuk menyampaikan
buah pikirannya.
b. Jawaban mudah cenderung mudah terlepas
dari pendapat yang berantai.
c. Peserta didik cenderung beranggapan
bahwa semua pendapatnya diterima,
d. Memerlukan evalusi lanjutan untuk
menentukan prioritas pendapat yang disampaikan,
e. Anak yang kurang selalu ketinggalan,
f. Kadang-kadang pembicaraan hanya
dimonopoli oleh anak yang pandai saja.
Sedangkan
menurut (Roestiyah, 2001:74-75)
kekurangan metode Brainstorming adalah sebagai berikut:
a. Guru
kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir dengan baik,
b. Anak
yang kurang pandai selalu ketinggalan,
c. Guru
hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan kesimpulan,
d. Tidak
menjamin hasil pemecahan masalah,
e. Masalah
bisa berkembang ke arah yang tidak diharapkan.
Satu hal yang wajar
jika dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode tertentu terdapat
kelebihan dan kelemahan didalamnya. Metode pembelajaran Brainstorming memiliki
klebihan, yaitu terdapat suatu tahap identifikasi kebutuhan, sumber, dan
kemungkinan hambatan dalam pembelajara. Dalam pelaksanannya setiap siswa dengan
penerapan metode ini dapat lebih terdorong motivasinya untuk mengikuti
pelajaran, sehingga pelajaranpun dirasakan menjadi lebih bermakna. Untuk
mengatasi kelemahan yang ada dalam penerapan metode ini, diperlukan suatu keterampilan
dari guru dalam hal bertanya ataupun mengelola kelas agar kegiatan lebih dapat
dirasakan maksimal. Dalam penelitian ini, misalnya dilakukan dengan penampilan
media semaksimal mungkin agar pendapat yang ada tidaklah jauh menyimpang dari fokus
masalah yang disajikan.
2.3 Kekurangan Metode Brainstorming Dalam
Pembelajaran Sejarah
Pelajaran
sejarah umumnya penting dikuasai oleh siswa karena pelajaran sejarah
mempelajari tentang kehidupan manusia, masyarakat, bangsa dan negara di masa
lalu, sehingga hal ini akan memberikan kesadaran dan kecintaan siswa sesuai
dengan nilai-nilai yang didapatkan dalam pembelajaran sejarah. Salah satu makna
yang dapat dibangun dalam pembelajaran sejarah adalah mengusahakan agar siswa
mampu memetik makna-makna dari berbagai peristiwa masa lalu yang berguba untuk
kepentingan masa depannya.
Tujuan
ideal dari pembelajaran sejarah adalah agar peserta didik mampu memahami
sejarah, memiliki kesadaran sejarah serta memiliki wawasan yang bermuara pada
kearifan sejarah (Ismaun, 2001:105). Mengenai tujuan pembelajaran sejarah
adalah agar siswa diharapkan agar mampu berpikir kritis yang dapat digunakan
untuk mengkaji dan memanfaatkan pengetahuan sejarah, keterampilan sejarah dan
nilai suatu peristiwa sejarah dalam membina kehidupan memerlukan banyak
keputusan kritis, serta terampil dalam memahami berbagai peristiwa social,
politik, ekonomi dan budaya yang terjadi di sekitarnya. Disamping itu,
kemampuan mengidentifikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap
peristiwa sejarah, kemampuan menyaring nilai-nilai yang terkandung dalam setiap
peristiwa sejarah, kemampuan menyaring nilai-nilai yang ada, memilih dan
mengembangkan nilai positif dan menarik pelajaran dari nilai negatif, serta
meniru keteladanan dari pelaku sejarah (Hassan, 2008:8).
Berdasarakan
uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa di satu sisi sejarah itu disadari
sangat penting sebagai wahana aktualisasi diri bagi individu dan masyarakat
negara dan bangsa agar tidak kehilangan identitasnya, namun disisi lain
disadari juga bahwa pelajaran sejarah di sekolah sebagai wahana sosialisasi
diri agar tetap memiliki cirri kepribadian nasional, tidak menarik dan
membosankan. Ruang lingkup yang ada dalam sejarah sangat luas, banyak peristiwa
yang terjadi yang didalamnya mengandung makna yang berguna bagi kehidupan.
Sejarah dalam pembelajaran bagi siswa sangat penting untuk perkembangan aspek
kognitif, psikomotor dan afektif. Dengan ruang lingkup sejarah yang luas mulai
dari kehidupan awal manusia baik di Indonesia maupun dunia, hal ini menuntut
siswa mampu menciptakan imajinasi yang tinggi untuk berusaha mampu
menggambarkan dan merasakan kehidupan di masa yang dahulu agar materi bisa
lebih bermakna. Oleh karena itu dalam pembelajaran sejarah diperlukan
kreatifitas guru untuk menciptakan suatu metode tertentu dalam pembelajarnnya,
agar dapat menarik perhatian siswa, dalam hal ini siswa tidak merasa bosan
dalam mengikuti matapelajaran sejarah.
Berkaitan
dengan tujuan pembelajaran sejarah seperti yang diungkapkan diatas, kemampuan
berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah dapat dimaksimalkan dengan
menggunakan alternatif pembelajaran dengan menggunakan metode brainstorming.
Metode ini dapat menciptakan pembelajaran yang bemakna karena seluruh siswa
dapat memahami pelajaran sejarah dan merasakan pelajaran yang lebih bermakna.
Makna pembelajaran ini didapatkan dari gagasan-gagasan yang dituntut muncul
dari siswa dalam pelaksananaan pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran siswa
harus berusaha untuk mencari gagasan-gagasan baru yang mendorong keterampilan
berpikir kritis dan daya kreatifitas menurut daya imajinasi mereka.
Metode
Brainstorming bertujuan untuk menguras habis segala seuatu yang dipikirkan oleh
siswa dalam menanggapi masalah yang dilontarkan guru kepadanya serta untuk
memperoleh berbagai kemungkinan pemecahan dari suatu masalah. Namun, kekurangan
dari metode ini antara lain yaitu Peserta didik cenderung beranggapan bahwa
semua pendapatnya akan diterima serta guru juga dirasa kurang dalam memberi
waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir dengan baik.
Misalnya saja, guru mengemukakan masalah kepada para kelompok dan anggota
kelompok diminta untuk mengemukakan ide pemecahannya misalnya, berkaitan dengan
materi
peradaban kuno di Eropa (Yunani dan Romawi). Malalui metode Brainstorming,
seluruh siswa dapat memberikan gagasan yang dipikirkannya mengenai bagaimana
perbandingan peradaban Yunani dan Romawi kuno. Gagasan ditulis di papan tulis
atau di kertas lebar atau lembar pendapat, tidak seorangpun diperbolehkan
mengomentari atau mengkritiknya. Setelah selesai ditulis saran itu dikaji oleh
kelompok tersebut. Pendapat yang muncul tentunya akan beragam, maka siswa dapat
memaknai bagaimana masyarakat Yunani dan Romawi kuno itu mengembangkan
peradabannya, sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna yang dapat berguna
bagi kehidupannya, hingga dapat dirasakan manfaatnya sampai saat ini. Selain
itu jika menggunakan metode ini dalam proses pembelajaran sejarah terkadang pembicaraan
hanya dimonopoli oleh anak yang pandai saja, serta peserta didik yang kurang
perhatian dan kurang berani mengemukakan pendapat akan selalu ketinggalan dan
cenderung pasif.
Sejalan dengan proses Brainstorming
yang telah dipaparkan sebelumnya, maka proses Brainstorming dalam pembelajaran
sejarah adalah sebagai berikut :
C
|
B
|
A
|
Keterangan :
1. Pengetahuan siswa mengenai materi peradaban kuno
di Eropa yaitu peradaban Yunani dan Romawi kuno.
2. Berbagai gagasan yang muncul dari siswa setelah
melalui proses diskusi dan kolaborasi dengan anggota kelompok.
3. Kesimpulan dan makna yang muncul setelah
penilaian gagasan dari peradaban kuno yang ada di Eropa dan perbandingan di
dalamnya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metode
yang dapat digunakan dalam pembelajaran partisipatif dapat digolongkan ke dalam
tiga kategori, diantaranya adalah metode pembelajaran perorangan (individual methods), metode pembelajaran
kelompok (group methods), dan metode
pembelajaran massal (community methods),
dan metode brainstorming merupakan salah satu contoh metode dalam
pembelajaran partisipasif. Metode Brainstorming sendiri adalah suatu
metode atau mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Ialah dengan
melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau
menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang
menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai satiu cara untuk
mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat.
Dalam
pelaksanaan metode ini tugas guru adalah memberikan masalah yang mampu
merangsang pikiran siswa, sehingga mereka bisa menanggapi, dan guru tidak boleh
mengomantari bahwa pendapat siswa itu benar atau salah. Sedangkan peran siswa
dalam metode brainstorming ini adalah bertugas memiliki bekal pengetahuan untuk
menanggapi masalah, mengemukakan pendapat, bertanya, atau mengemukakan masalah
baru melalui proses imajinasi yang dimilikinya. Mereka belajar dan melatih
merumuskan pendapatnya dengan bahasa dan kalimat yang baik, sehingga mereka
bisa memperoleh suatu kesimpulan yang tepat setelah pembelajaran.
Metode
Brainstorming mempunyai kelebihan antara lain untuk menguras habis segala
seuatu yang dipikirkan oleh siswa dalam menanggapi masalah yang dilontarkan
guru kepadanya serta untuk memperoleh berbagai kemungkinan pemecahan dari suatu
masalah. Namun, kekurangan dari metode ini antara lain yaitu Peserta didik
cenderung beranggapan bahwa semua pendapatnya akan diterima serta guru juga dirasa kurang dalam memberi
waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir dengan baik.
DAFTAR
RUJUKAN
Roestiyah. 2001.
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta
Sudjana,
D. 2001. Metode & Metode Pembelajaran
Partisipatif. Bandung: Falah Production.
Universitas Pendidikan Indonesia.2007. Metode Brainstorming untuk Pembelajaran
Sejarah,(online),http.//repository.upi.edu/operator/upload/s_sej_033515_chapter2.pdf/ /,diakses 7 Oktober 2011.
thnaks yaeh. bermanfaat sekali nih artikelnya. !!
BalasHapuskalau bisa mohon jangan dihapus nih postingannya yah !! :)
thanks you for your information.. its benefit for all,...
BalasHapusthanks you for your information.. its benefit for all,...
BalasHapus